Idea Journal #1: Icip “Makanan Jalanan” dari Berbagai Negara Di Masa Pandemi?

Shelline Puteri Erlandhika
5 min readMar 17, 2021

--

Sumber: https://en.blog.kkday.com/25474/asia-12-must-try-street-food-in-south-korea

Lagi pandemi gini kan gak bisa jalan-jalan bebas ke luar negeri, emang nya bisa nyobain macam-macam “makanan jalanan” alias street food dari berbagai negara? Jangan-jangan berat di ongkir?!

Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) secara online dalam bidang kuliner dapat dikatakan mengalami peningkatan yang cukup tajam pada masa pandemi COVID-19. Mulai dari ibu-ibu, remaja dan mahasiswa ikut berpartisipasi dalam tren bisnis ini.

Calon pembeli atau permintaan pasar terhadap produk makanan pun juga sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penjual bisnis kuliner. Walaupun masyarakat enggan atau tidak dapat jajan di luar rumah karena alasan pandemi, namun keinginan mereka untuk membeli dan mengunyah makanan tetap tinggi. Terlebih hadirnya layanan antar barang dan makanan oleh Ojek Online di mana makanan dapat dipesan lewat aplikasi yang ada pada smartphone juga mempermudah proses pembelian.

Hal ini kemudian menjadikan bisnis dalam bidang kuliner seperti makanan atau minuman tersebut menjadi bisnis dengan persaingan dagang yang cukup ketat.

Melihat potensi pasar yang baik, untuk dapat bertahan dalam arus persaingan bisnis kuliner, seorang pelaku usaha memerlukan adanya suatu aspek berbeda dan unik yang dapat meningkatkan ketertarikan pasar terhadap produk makanan yang dijual.

Salah satu konsep bisnis kuliner yang pernah terbesit dalam benak saya adalah konsep makanan jalanan alias street food (arround the world).

Street food atau makanan jalanan adalah sebutan untuk makanan siap santap yang biasanya dijual oleh pedagang asongan, pasar malam serta tempat-tempat umum lainnya. Peminat dari kuliner dengan konsep street food atau jajanan ini pun juga cukup banyak dan tersebar. Rasa yang enak dengan harganya yang cenderung murah dan dapat menemani dikala waktu senggang juga merupakan faktor mengapa kuliner ini digemari berbagai kalangan.

Masing-masing kota di Indonesia memiliki street food dengan keunikan dan cita rasanya tersendiri, sebab itulah varian street food asal Indonesia sangat beragam. Sebut saja Bakso Aci, Cireng, Siomay, Pempek, Seblak dan lain-lainnya.

Sumber: https://lifestyle.okezone.com/read/2018/05/03/298/1894210/makan-baso-aci-unik-dan-berbeda-dari-yang-lain-di-3-tempat-ini

Konsep yang saya pikirkan pada dasarnya adalah berjualan street food Indonesia, namun dengan tambahan adanya eventstreet food arround the world” yang diadakan pada waktu dan periode tertentu.

Beberapa street food luar negeri yang masih eksis dan banyak digemari adalah street food asal Korea seperti Tteokbokki, Odeng serta Tokkebi (Hotdog Kentang). Tidak hanya pada negara Korea saja, saya meyakini bahwa tiap-tiap negara juga memiliki makanan jalanan khasnya masing-masing, sebut saja Thailand, Taiwan atau negara-negara Eropa.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pastilah terdapat rintangan dalam menjalankan bisnis kuliner dengan konsep street food (arround the world) ini.

Misalnya saja, perihal variasi produk street food yang sangatlah banyak. Apabila terlalu banyak menjual jenis produk, sebenarnya dapat mengaburkan ciri khas dari suatu merek dagang. Akan menjadi kurang jelas produk apa yang sebenarnya toko tersebut jual. Pilihan yang terlalu banyak juga dapat membuat calon konsumen bingung. Dari segi bahan baku, dikhawatirkan juga akan mengalami kerugian.

Salah satu permasalahan basic dari bisnis kuliner juga adalah durasi ketahanan produk. Terlebih, street food sendiri pada dasarnya adalah makanan siap santap. Produk bisa saja menjadi basi ketika dalam proses pengiriman yang terkadang memakan waktu beberapa hari apabila berbeda kota.

Kemudian, penentuan kapan diadakannya event street food arround the world juga adalah suatu yang tricky. Pelaku usaha perlu memikirkan periode yang tepat dan strategi usaha yang cocok untuk mewujudkan hal ini. Aspek kelangsungan jangka panjang dari bisnis pun perlu dipikirkan, agar tidak menjadi produk yang ramai hanya sesaat saja.

Untuk menjawab kendala tersebut kemudian saya memikirkan beberapa solusi yang mungkin dapat diterapkan.

Ketika ingin memilih jenis produk makanan apa yang ingin kita jual, kita perlu menulis beberapa jenis street food Indonesia dan luar negeri yang memiliki kriteria: peminatnya berpotensi cukup banyak, atau apabila ingin memperkenalkan makanan baru yang belum banyak diketahui perlu adanya research lebih lanjut. Kriteria yang lain yaitu dari segi bahan baku tidak terlalu mahal, rasa yang dapat diterima oleh banyak kalangan, dapat dikemas dalam bentuk frozen food serta cara penyajian nya yang tidak rumit.

Dua faktor terakhir yaitu dapat dikemas dalam bentuk frozen food serta cara penyajian yang tidak rumit merupakan faktor penting. Perlu dipastikan calon konsumen menerima produk dalam keadaan baik dan dapat menyajikannya secara praktis. Sebab cara penyajian yang terlalu rumit dapat menyebabkan konsumen membuatnya dengan cara yang kurang tepat dan dapat mengubah rasa produk.

Selain itu, pelaku usaha juga perlu memikirkan satu produk andalan yang menjadi produk khas. Perlu adanya pengenalan rasa yang mewakili identitas merek agar citra positif segera terbentuk.

Target pasar dari produk ini adalah remaja dan orang dewasa yang senang jajan dan explore berbagai makanan. Maka, untuk mengawali, pastinya strategi penjualan yang dapat dilakukan adalah melalui platform media sosial seperti membuat akun Instagram toko serta direct selling ke orang-orang terdekat dengan permintaan untuk mempublikasikan produk di Instastory agar produk makin dikenal.

Konten pada Instagram juga merupakan hal yang penting untuk menarik calon konsumen. Selain desain dan pemilihan warna yang apik, kita dapat mengunggah konten tentang sejarah atau untold story dari suatu makanan jalanan baik dari daerah di Indonesia maupun dari negara lainnya untuk menambah nilai jual dan emosi di dalamnya.

Mengenai event street food (arround the world), perlu diadakan research konsumen lebih lanjut mengenai kapan dan bagaimana prosesnya. Misalnya dapat diadakan dua bulan sekali dengan makanan khas negara yang berbeda serta periode event selama satu bulan penuh. Atau justru menunya bahkan menjadi menu tetap saja. Tentunya perlu pertimbangan yang baik sebelum mengambil langkah.

Walaupun secara teknis, konsep street food menawarkan pengalaman jajan secara fisik dan kepraktisan karena dapat langsung disantap di tempat, menurut saya peminat kuliner street food yang memang menyukai cita rasa dari kuliner tersebut tetap akan mencari dan menginginkan produk tersebut untuk dimakan di rumah masing-masing.

Konsep ini pada akhirnya memungkinkan para calon konsumen untuk dapat memiliki pengalaman menyicipi “makanan jalanan” dari berbagai daerah di Indonesia bahkan berbagai negara lainnya walaupun di masa seperti saat ini. Maka, bukan tidak mungkin konsep bisnis ini tetap dapat berjalan dengan baik dan bersaing secara sehat dengan varian bisnis kuliner lainnya di tengah pandemi.

*Konsep di atas merupakan hasil analisa dengan menggabungkan teknik SWOT dan Six Thinking Hats yang dikemukakan oleh Edward de Bono. Kemudian, sebenarnya konsep tersebut adalah konsep yang saya ingin terapkan pada online shop kecil yang saya miliki. Namun karena satu dan lain hal, ide tersebut belum kunjung terealisasi. Apabila kalian tertarik untuk mengetahui apa yang saya jual pertama kali atau ingin bekerja sama untuk mengembangkannya bersama, kalian dapat mengaksesnya melalui https://www.instagram.com/ceybites/

Terimakasih telah membaca! :D

--

--